JALAN REVOLUSI TAN MALAKA


Namanya sudah tertabal, sebagai salah satu pahlawan nasional sejak tahun 1963. ia adalah tokoh pertama yang menulis gagasan berdirinya republik Indonesia, namun riwayat Tan Malaka sang bapak republik Indonesia yang menghabiskan hampir separuh hidupnya sebagai pelarian politik dan pernah harus hidup dari penjara ke penjara demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, pernah berusaha dihilangkan rezim orde baru dari catatan sejarah Indonesia padahal pemikiran dan jejak perjuangan tokoh pencetus gagasan merdeka 100% yang tewas di ujung senapan tentara bangsanya sendiri ini terlalu penting untuk dilupakan.


I


Sosok Tan Malaka yang baru kembali ke Indonesia pada tahun 1942 dengan menyandang nama samaran ilyas Husein, memang kerap dianggap misterius. kehadirannya dalam peristiwa terkenal rapat raksasa mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia di lapangan ikada Jakarta, pada tanggal 19 September 1945
baru diketahui luas publik Indonesia, setelah masa reformasi atau pas jatuh pangeran rezim orde baru pada tahun 1998. dalam rekaman video peristiwa ikada sosok Tan Malaka yang diyakini menjadi otak dan penggerak para pemuda untuk menggelar rapat umum bersejarah ini berjalan berdirinya dengan bung Karno dengan topi khasnya.

Lahir dengan nama asli Sutan Ibrahim dipandam gadang suliki kabupaten Lima puluh kota Sumatera barat pada 2 Juni 1897, Tan Malaka yang berayah rasat Chaniago sebenarnya memiliki darah bangsawan dari garis keturunan ibu Sina simapur. setelah menjalani pendidikan agama dan pendidikan dasar di daerah kelahirannya, Ibrahim melanjutkan sekolah di kweek school atau sekolah guru di Bukit tinggi dan lulus tahun 1913.

Seiring kelulusannya dari kweek school ini sutan ibrahim mendapat gelar Datuk Tan Malaka nama yang belakangan identik dengan dirinya.


- Amsterdam, Belanda, 1913

  Atas dukungan dana dari para Teungku di desanya, Tan Malaka meneruskan belajar di sekolah guru pemerintah atau Rijkswijk School, Haarlem, Belanda. selama belajar di Belanda ini, Tan Malaka yang pintar dalam ilmu-ilmu berkenalan dengan berbagai ranah pemikiran dari politik sosial hingga filsafat yang banyak membuka wawasannya.


Saat di Rusia pecah revolusi bolshevik pada tahun 1917,  Tan Malaka yang mengagumi pemikiran-pemikiran kritis Karl Marx kian yakin bahwa dunia sedang bergerak ke arah sosialisme, karena itu saat masa kepulangannya ke tanah air
tiba pada tahun 1919, Tan Malaka
mengantongi tekad yang kuat untuk memperjuangkan pembebasan bangsanya dengan jalan revolusi.

II

Pada tahun 1920 atas bantuan Darsono, wakil ketua perserikatan komunis Hindia yang belakangan berubah nama menjadi perserikatan komunis Indonesia atau PKI. Tan Malaka pergi ke Jawa, setelah sempat tinggal di Jogja tanpa laga kemudian mendirikan sekolah di Semarang untuk mengajar anak-anak anggota serikat Islam. Dalam waktu singkat sekolah rakyat yang dikembangkan dan Malaka dengan mengadopsi kurikulum seperti sekolah-sekolah di uni Soviet ini, berkembang pesat dan memiliki banyak murid.

Saat serikat Islam (SI) pecah menjadi SI merah dan SI putih. Tan Malaka mengkritik keras sikap permusuhan para elit PKI yang banyak diantaranya merupakan aktivis SI merah terhadap serikat merah terhadap serikat Islam, permusuhan PKI dengan serikat Islam hanya akan memperlemah perjuangan melawan kolonialisme.

Pada tahun 1921, Tan Malaka dipilih menjadi ketua PKI, namun jabatan ini tak lama dipegang Tan Malaka, karena dituduh aksi mogok buruh Pegadaian di Semarang pada tahun 1922, Tan Malaka ditangkap dan dipenjara di Bandung. Semarang dan Batavia sebelum akhirnya dihukum buang ke Belanda oleh rezim kolonial Hindia Belanda. pembuangan ini menandai dimulainya masa perjuangan Tan Malaka yang penuh petualangan dan kesepian selama sekitar 20 tahun. 

Dalam pembuangannya di Amsterdam dan Rotterdam Belanda, Tan Malaka sempat berkampanye untuk partai komunis Belanda pada saat digelar pemilu legislatif.  sebagai aktivis komunis dan kemudian juga pergi ke Berlin dan Moskow Rusia di Moskow yang saat itu menjadi ibu kota uni Soviet dan sempat diangkat sebagai pejabat kominter yang bertugas mengawasi perkembangan partai
komunis.
meski menjadi pejabat komintern, Tan Malaka tetap menunjukkan dirinya sebagai seorang pengagum pemikiran marsis yang tidak dogmatis, dalam kongres komentar tahun 1922, Tan Malaka pernah mengkritik sikap permusuhan sejumlah pejabat komintern terhadap gerakan pan islamisme yang banyak muncul di negara-negara Islam.

Dalam statusnya sebagai aktivis politik yang menjalani hukum buang, sekaligus sebagai agen komintern pada sepanjang tahun 1922 hingga 1942, Tan Malaka yang menguasai banyak bahasa terpaksa hidup berpindah-pindah untuk menghindari kejaran dan penangkapan para Intel militer Amerika serikat, Inggris dan Belanda. Tan Malaka harus keluar masuk sejumlah negara dan menyamar dengan  7 nama dan 13 alamat berbeda.